Berkhidmah adalah episode hidup yang patut disyukuri. Sebab, khidmah hari ini adalah penerang jalan, kelak di kemudian hari.
Diberi kesempatan berkhidmah adalah anugerah yang amat luar biasa. Apalagi, yang dikhidmahi adalah lembaga yang berurusan dengan agama Allah SWT. Tentu hanya orang-orang terpilih yang bisa melakukannya.
Khidmah berasal dari kata khodim yang menurut bahasa, artinya: melayani atau membantu. Sementara khidmah menurut tradisi pesantren, adalah membantu kiai atau lembaga pendidikan dengan sepenuh hati, disertai kesabaran dan keikhlasan.
Sebab bisa jadi, ridho Allah pada kita justru dilewatkan dari jalur Khidmah, bukan jalur yang lain. Dengan kita berkhidmah, misalnya, Allah jadi ridho terhadap apa yang kita lakukan selama menghabiskan usia di dunia ini.
Khidmah memang semata-mata mencari ridho Allah dan kiai. Bukan mencari ridho pemerintah, apalagi mencari ridho orang lain dalam bentuk sertifikat dan pujian. Kalaupun iya, itu sekadar bonus kecil belaka. Bonus besarnya nanti di kemudian hari.
Khidmah adalah cara orang-orang alim terdahulu dalam menjalani hidup di dunia. Para ulama terdahulu, di usia mudanya, selalu berkhidmah. Banyak sekali nama kiai dan ulama yang berkhidmah di usia muda.
Bahkan, ada sebuah pepatah: Batas usia kreatif seseorang adalah 40 tahun. Hendaknya sebelum usia itu, seseorang mempergunakan usianya untuk berkhidmah (mengabdi) terlebih dahulu.
Kanjeng Nabi Muhammad Saw pun begitu. Kanjeng Nabi, dulu berkhidmah pada Ummul Mukminin Siti Khodijah dengan menjadi rekan bisnisnya, sebelum akhirnya diangkat menjadi Rasul di usia 40 tahun.
Sehingga wajar jika berkhidmah sesungguhnya lebih mulia daripada kerja di Bank atau jadi PNS. Sebab khidmah, dalam konsep lain merupakan investasi --- sesuatu yang saat ini terasa biasa-biasa saja, namun kelak di kemudian hari, memicu rasa syukur yang amat luar biasa.
Khidmah akan selalu diikuti bisyaroh. Ingat: bisyaroh, secara harfiah, artinya Kabar Gembira. Ini penting untuk diketahui, bahwa bisyaroh bukan semata gaji apalagi insentif. Dalam ungkapan lain, Khidmah yang ikhlas akan selalu diikuti kabar gembira di belakangnya.
Bisa jadi, kabar gembira itu berupa kenikmatan-kenikmatan pemicu rasa syukur seperti datangnya kemudahan, penjagaan atas kesehatan, munculnya rizki, hingga hadirnya jodoh kelak di kemudian hari.
Berkhidmah memang tak pernah mudah. Kadang membikin hati risau dan gelisah. Tapi, apa arti risau dan gelisah jika kelak di kemudian hari, Allah SWT telah mempersiapkan kabar gembira untuk kita?
Berkhidmah adalah episode hidup yang patut disyukuri. Sebab, hanya orang-orang pilihan yang ditakdir bisa berkhidmah. Dan betapa bersyukurnya, jika orang-orang pilihan itu adalah kita.